Berlibur ke Pantai Hamadi sudah
bukan pilihan utama di kalangan warga kota Jayapura akhir-akhir ini. Lihat saja
pantai yang dulu bersih dan ramai tiap hari libur itu kini sepi. Hanya
dikunjungi orang tertentu, seperti mereka yang mungkin ingin mengenang masa
kecilnya di pantai ini. Atau sekadar tempat menghindari tatapan orang atau
incaran polisi oleh para penenggak minuman keras atau miras.
Pantai Hamadi |
Andaikan
sedikit penataan dan pembangunan fasilitas sederhana pemerintah Kota Pantai
Melbourne (Melbourne Beach City Govt) Florida, tempat penulis tinggal saat ini,
diterapkan di Pantai Hamadi, pantai ini bisa saja menjadi objek wisata
terkemuka masyarakat kota Jayapura, pelancong mancanegara. Dampak selanjutnya:
pantai ini akan mendatangkan penghasilan bagi penduduk lokal atau pemilik
ulayat Pantai Hamadi dan pendapatan bagi Kota Jayapura.
Penataan
pertama yang menarik adalah penyediaan tempat sampah, papan-papan peringatan di
pojok-pojok istimewa lokasi pantai, dan penugasan para relawan penjaga pantai (paid-volunteer).
Di Pantai Melbourne ini, disediakan tempat-tempat sampah setiap 30 kaki pada
tempat parkiran mobil atau motor–juga di pasir pantai. Jaraknya kira-kira 100
kaki dari batas air laut.
Papan-papan
peringatan ditulis dengan huruf besar: “Dilarang keras membuang sampah di pasir
dan laut!” Tulisan ini juga disertai jumlah nominal denda yang akan dikenakan
kepada mereka yang melanggar aturan yang ada. Sanksi ini diberlakukan kepada
semua warga negara tanpa memandang kedudukan atau status sosial.
Mungkin
saja sudah ada penataan dari pemerintah Kota Jayapura di Pantai Hamadi. Namun,
hingga saat ini masih tampak orang berenang di pantai bersama apungan sampah
plastik, seperti tas dan botol minuman—termasuk bekas wadah minyak pelumas,
mesran.
Hal
kedua yang tidak kalah penting adalah aturan mengenai satuan tugas penjaga
pantai. Satuan tugas penjaga Pantai Melbourne dibentuk pemerintah kota setempat
dengan pembiayaan khusus untuk menjaga keamanan, ketertiban dan keselamatan
setiap orang di kawasan pantai. Mereka dilengkapi berbagai kemampuan menghadapi
situasi buruk yang sudah diperkirakan dan dipelajari dari pengalaman
bertahun-tahun. Seperti bagaimana mengatasi mereka yang kedapatan mengonsumsi
minuman keras di pasir pantai atau areal sekitar pantai.
Setiap
masalah yang dikeluhkan warga Kota Jayapura yang kerapkali bertandang ke Pantai
Hamadi bisa dijadikan basis pengajaran dan pelatihan kemampuan bagi satuan
pengaman pantai ini sebagai bekal mengatasi masalah-masalah yang dikeluhkan
masyarakat selama ini. Seperti pungutan liar oleh pihak-pihak yang
mengatasnamakan kelompok tertentu. Dengan bekerjasama dengan kepala suku di
wilayah adat Pantai Hamadi, para pemalak dapat dihadapkan kepada kepala suku
supaya ketahuan kelakukan mereka.
Dengan
demikian, masalah utama rongrongan dan gangguan terhadap masyarakat pengguna
pantai di Jayapura enyah selamanya. Hal ini hanya bisa dilakukan melalui
kerjasama dengan pihak-pihak yang seharusnya dilibatkan dalam sistem
peningkatan kualitas daerah wisata pantai—dengan menimba inspirasi dari
pembentukan satuan tugas oleh Pemerintah Kota Pantai Melbourne.
Pembangunan
fasilitas tamasya di daerah pantai merupakan faktor penarik minat berkunjung.
Pemerintah Kota Melbourne membangunan fasilitas penunjang, seperti tempat mandi
air tawar, lapangan voli, tempat panggangan, tempat penginapan turis dari Eropa
dan beberapa kota lain dari Utara Amerika.
Andaikan,
fasilitas yang sama disediakan di Pantai Hamadi tentu akan menarik wisatawan
lokal maupun mancanegara. Memang, fasilitas yang disediakan pemerintah kota
Melbourne Beach—selain penginapan—gratis.
Namun,
untuk Pantai Hamadi fasilitas-fasilitas sama yang dibangun boleh disewakan
dengan harga yang tidak terlalu mahal. Fasilitas lainnya juga dapat dibangun
dan digratiskan pemanfaatannya kepada pengunjung pantai ini dengan catatan
kebersihan fasilitas menjadi tanggung jawab pengunjung.
Banyak
sekali pelancong dari berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat yang berkunjung
ke negara berkembang, seperti di Amerika Tengah dan Amerika Selatan saat musim
dingin, menginginkan fasilitas tinggal yang bertarif sekitar $10-$20 per hari.
Atau sekitar Rp 80.000,- hingga Rp 190.000 per hari.
Tinggal
di hotel yang mahal bukanlah pilihan utama bagi mereka. Lebih khusus lagi,
mereka menginginkan daerah tinggal yang berdekatan dengan pantai berpasir
putih, bebas pencemaran dan berair jernih.
Andaikan
fasilitas penginapan untuk pelancong “bertas-besar” (backpacker) bisa
disiapkan, tujuan berkunjung wisatawan mancanegara akan beralih ke Kota
Jayapura, bukan lagi Bali, Lombok atau Makassar, misalnya.
Peningkatan
mutu Pantai Hamadi merupakan peluang mengungkit taraf hidup masyarakat Kota
Jayapura dan Provinsi Papua pada umumnya. Metode yang sama dapat diterapkan di
pantai-pantai lain di tanah Papua. Ya, andaikan!
Septinus
George Saa (Koresponden Suara Perempuan Papua di Florida, Amerika
Serikat; baru-baru ini berlibur ke Jayapura), In
on Sabtu,
September 27, 2008
at 4:13 am
Setelah Memabaca berita ini, Jangan Lupa Tingalkan Pesan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa Pendapatmu